Pertemuan
kelima, 17 Maret 2015
Proses
Kreatif
Proses
kreatif adalah rangkaian kegiatan seseorang dalam menciptakan sesuatu sebagai
ungkapan mengenai gagasan dan keinginannya. Proses kreatif dapat pula disebut
sebagai proses penciptaan.
Terdapat
tiga kemampuan utama manusia yang dapat mempengaruhi kemampunan kreativitas
seseorang, antara lain adalah kemampuan fisik (memiliki anggota tubuh yang
lengkap atau tidak), kemampuan resio atau akal (memiliki pemikiran berdasarkan
otak kiri atau otak kanan) dan kemampuan kreatif.
Menurut
Wallas, terdapat empat tahap yang terdapat dalam suatu proses kreatif, antara
lain:
1. Tahap
persiapan (preparation), merupakan tahap awal dari upaya memunculkan ide
kreatif. Pada tahap ini, seseorang dapat mengidentifikasi masalah, kebutuhan,
keinginan, dan mencari informasi untuk mendapatkan solusi pemecahan masalah.
2. Tahap
inkubasi (incubation), tahap dimana seseorang memutuskan untuk menjauh dari
masalah yang sedang dihadapinya, menyegarkan diri sebelum akhirnya bekerja
kembali. Lamanya waktu yang diperlukan untuk menjauh dari sebuah masalah,
tergantung pada masing-masing individu.
3. Tahap
iluminasi (illumination), setelah menyegarkan dan menenangkan diri, biasanya
muncul ide-ide kreatif secara spontan sebagai hasil dari melihat masalah secara
kompleks saat menjauh dari masalah yang dihadapi.
4. Tahap
verifikasi (verification), merupakan tahap akhir dari proses kreatif, dimana
seseorang mulai mengeksekusi berbagai ide yang ada dipikirannya, dan memutuskan
satu ide kreatif sebagai solusi atas masalahnya.
Teori
Wallas mengenai proses kreatif diperkuat oleh teori milik Prof. Howard Gardner yakni
teori beragam kecerdasan, menurut teori ini, kecerdasan sangat dipengaruhi oleh
penyembuhan otak yang rusak ( baik rusak dalam arti sebenarnya ataupun adanya
ketidaksesuaian antara pikiran dan hati), daerah yang penuh kenangan atau
penemuan psikometrik.
Didalam teori ini juga terdapat delapan jenis
tingkatan atau bidang yang dapat dijadikan alat ukur kreativitas seseorang,
antara lain musik (kemampuan memainkan alat-alat musik), visual (kemampuan
untuk membayangkan sesuatu dengan cepat), verbal-bahasa ( mampu berkomunikasi
dengan sangat baik), logik-matematika (melihat segala sesuatu berdasarkan akal
dan realitas), kinetetik ( kemampuan yang berkaitan dengan fisik),
intrapersonal ( mampu mengendalikan diri dan mendorong diri menjadi lebih
baik), interpersonal (mampu bergaul dan menjaga hubungan baik dengan orang
lain) dan naturalis (kemampuan untuk menerima dan menunjukan diri sebagaimana
adanya, tidak dibuat-buat atau dipaksakan).
Setelah kita mengetahui alat
pengukur kreativitas seseorang dan bagaimana kreativitas terjadi didalam suatu
proses, kita juga perlu mengetahui bagaimana kita dapat menjadi lebih kreatif.
Hal-hal yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kreativitas diri, antara
lain adalah’
·
Memilih waktu yang tepat untuk diri sendiri.
Biasa disebut sebagai “Me Time”,
dimana kita menggunakan waktu untuk diri sendiri, seperti berkomunikasi dengan
diri sendiri, dan memanjakan diri.
·
Mengatasi masalah pribadi. Dengan dapat
mengatasi masalah pribadi tanpa campur tangan dari orang lain, maka kita akan
menjadi lebih kreatif, karena kita mengandalkan kekuatan dan kemampuan diri
sendiri dan bukan bergantung pada orang lain dalam memecahkan suatu masalah.
·
Berada disekeliling orang-orang yang baik dan
pintar. Kita menjadi seperti lingkungan kita, dimana dan dengan siapa kita
bergaul akan membentuk diri kita. Untuk menjadi lebih kreatif, kita perlu
bergaul dengan orang-orang yang pintar, kreatif dan mau berbagi ide serta
pendapat dengan kita.
Sumber gambar :
http://flpjaya.com/wp-content/uploads/2014/07/Innovations-creativity-and-originality-520.jpg
Yunani
Yunani
merupakan salah satu negara yang terkenal dengan berbagai bangunan kuil dan teaternya
yang indah dan mengagumkan. Masyaraktnya juga dikenal ramah kreatif dan suka
bersosialiasi.
Zaman
Yunani kuno, masyarakat Yunani memang lebih suka beraktivitas diluar rumah. Sehingga
arsitektur rumah di Yunani kurang berkembang, sebaliknya tempat-tempat umum, untuk
bersosialisasi, bertemu dengan banyak orang, dan memuji dewa-dewi mereka
seperti kuil dan teater berkembang sangat pesat. Bahkan mereka pernah
menggunakan dana untuk perang demi membangun kembali salah satu kuil untuk
memuji Dewi Athena, yakni kuil Parthenon.
Kuil Parthenon |
Kuil Parthenon dibangun oleh dua orang arsitek yang paling terkenal saat itu, yakni Ictinus dan Callicrates. Kuil ini bergaya Doria, dengan tiang-tiang yang menjulang tinggi untuk menopang atap kuil yang menjadi ciri khasnya. Gaya Doria mewakili kekaguman dan sifat masyarakat Yunani akan persatuan, kekuatan dan kesederhanaan yang mereka miliki.
Setelah
tahun 300-an, masyarakat Yunani mulai membangun teater. Teater dibangun agar setiap orang
dapat menyalurkan untuk kreativitas, ide dan bakat mereka, seperti drama,
menyanyi dan menari. Melalui teater, kreativitas masyarakat Yunani semakin
berkembang, mereka juga semakin banyak bertemu orang baru dan semakin sering
untuk bersosialisasi yang akhirnya membentuk karakter masyarakat Yunani seperti
saat ini.
Sumber gambar:
Indonesia
Indonesia
adalah negara Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu juga. Inilah
yang menggambarkan masyarakat Indonesia. Negara kepulauan ini memiliki
masyarakat dari latar belakang suku,
ras, agama dan budaya yang berbeda-beda namun bisa hidup bersama, bersatu dan
rukun dalam naungan NKRI.
Salah
satu bukti kerukunan dan toleransi masyarakat Indonesia yang paling dikenal
adalah Candi Borobudur, yang diakui dunia sebagai candi Budha terbesar di
dunia. Meskipun candi ini awalnya diperuntukan bagi mereka yang beragama budha,
namun masyarakat dari agama yang berbedapun ikut menjaga dan mencintai candi
ini.
Indonesia tidak hanya unik karena keberagamannya, tetapi juga unik di di bidang politiknya. Negara ini pernah mengalami tiga orde, yakni orde lama, orde dan reformasi. Orde lama adalah masa pemerintahan Soekarno, terjadi perubahan perekonomian guna mendorong pembangunan nasional saat itu. Orde baru, perubahan terjadi secara besar-besaran disegala bidang, disamping terjadinya beberapa peristiwa yang kurang menyenangkan tetap saja mengarahkan Indonesia kepada kemajuan. Pada era reformasi, terjadi perubahan pada mental masyarakat Indonesia, mereka menyampaikan pendapat, kebebasan dan keadilan untuk mempertahankan bangsanya. Di bidang perekonomian, Indonesia terus mengalami pertumbuhan
Masyarakat Indonesia, sudah terbiasa mengahadapi perbedaan yang ada di negaranya. Di satu kota terdapat penduduk dari berbagai daerah, disetiap pulau terdapat banyak suku dengan budaya yang berbeda-beda, hal ini membentuk masyarakat Indonesia memiliki pribadi yang dapat menghargai dan memiliki toleransi tinggi terhadap perbedaan yang dimiliki oleh setiap orang yang ditemuinya. Tiga orde yang pernah dialami negara ini, secara tidak langsung juga telah membentuk rasa nasionalisme tinggi dalam diri setiap warga negaranya.
Sumber
gambar:
https://dn3pm25xmtlyu.cloudfront.net/photos/large/752999608.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar